Real Story
Selamat Membaca ... .. .
Konglomerat Pun Dimulai Dari Yang Tidak Terlalu
Besar
Oleh: M. Kuncara Budi Santosa
Selamat dan Sukses! Itu kata-kata yang ingin saya ucapkan pagi ini
kepada seorang teman yang satu hari yang lalu memberikan sebuah kabar baik
kepada saya. “Mas….saya sudah putuskan untuk memulai bisnis plastik di Pasar
Godean Yogyakarta dan sudah mendapat sebuah ruko dengah harga sewa sebear Rp
4,5 juta setahun,” katanya.
Sungguh, saya terkejut dan kaget. Baru beberapa hari yang lalu,
teman saya tersebut bercerita akan keinginannya untuk membuka sebuah usaha
selain menekuni pekerjaan tetap di sebuah institusi pendidikan.
“Istri saya sudah keluar dari pekerjaannya beberapa minggu yang
lalu,” katanya. “Saat ini saya bermaksud mencarikan pekerjaan buat istri saya.”
Ia melanjutkan, “Tetapi, saya juga ingin membuka usaha. Sepertinya, prospeknya
jauh lebih bagus untuk mempunyai usaha sendiri. Dengan memiliki usaha, saya
akan menjadi majikan bagi diri sendiri. Tidak disuruh-suruh ke sana kemari oleh
atasan saya.”
Kemudian saya bertanya, sebelumnya istrinya kerja di mana dan
orangtua istri kerja apa. Dengan semangat, dia menceritakan latar belakang
pekerjaan istri dan latar belakang mertua yang kebetulan adalah pedagang pasar.
Saya bilang ke teman saya tersebut, “Wah….bagus….dengan latar belakang
pedagang, secara langsung atau tidak langsung…istrimu sudah melakukan pembelajaran
bisnis dari orangtuanya sejak kecil. Bagaimana cara mengelola keuangan,
bagaimana cara mengelola produk, bagaimana cara membuat calon konsumen bersedia
untuk bertransaksi, bagaimana cara menawar harga murah dari supplier, dan
sebagainya.”
“Iya Mas….saya ingin meminjam dana dari koperasi untuk modal
usaha,” katanya.
Kemudian kami sempat terlibat dalam diskusi panjang tentang jenis-jenis bisnis apa yang bisa dilakukan bersama istrinya. Mulai dari bisnis yang paling sederhana seperti bisnis rental VCD, bisnis rental komputer, bisnis potong rambut, bisnis sewa mainan anak, sampai bisnis yang membutuhkan modal agak besar seperti sistem franchise bimbingan belajar.
Kemudian kami sempat terlibat dalam diskusi panjang tentang jenis-jenis bisnis apa yang bisa dilakukan bersama istrinya. Mulai dari bisnis yang paling sederhana seperti bisnis rental VCD, bisnis rental komputer, bisnis potong rambut, bisnis sewa mainan anak, sampai bisnis yang membutuhkan modal agak besar seperti sistem franchise bimbingan belajar.
Percakapan yang terjadi minggu lalu yang bagi kebanyakan orang
seperti sekadar percakapan untuk menghabiskan waktu, ternyata menjadi riil di
minggu ini. Ternyata, teman saya tersebut telah mendapatkan sewa ruko untuk
memulai usahahnya di Pasar Godean Yogyakarta. Dan yang terutama dan utama,
teman saya tersebut sudah membulatkan tekad untuk memulai bisnis. Dan yang
lebih mengejutkan lagi, dia berhasil memilih jenis bisnis yang mempunyai
potensi pasar yang luar biasa. Bisnis berjulanan plastik ….
“Saya ingin menjadi grosir plastik di pasar. Awal pertama, saya
akan antar plastik-plastik itu ke berbagai pedagang di pasar. Bisa pedagang
makanan, pedagang sayur, pedagang buah, dan pedagang kebutuhan hidup lainnya.
Saya mengamati, setiap pembeli pasti diberikan plastik sebagai kantong untuk
menaruh barang yang dibelinya. Kemudian, ketika sore hari, saya akan minta sisa
plastik yang tidak terpakai dan uang hasil pemakaian plastik oleh para
pedagang. Saya juga sudah mengamati, bahwa di Pasar Godean Yogyakarta belum ada
grosir plastik. Saya juga sudah membanding-bandingkan harga pembelian plastik
eceran di Pasar Godean yang ternyata harganya jauh lebih mahal daripada harga
plastik grosiran di pasar lain,” papar teman saya tersebut akan rencana
bisnisnya.
Kemudian, dia bertanya apakah saya mempunyai kenalan pedagang
plastik besar yang bisa memberikan harga diskon. Karena saya tidak mempunyai
teman yang pedagang plastik, saya hanya menunjukkan nama, alamat, dan telepon
para pedagang plastik besar di buku kuning dari PT Telkom. Saya juga
menyarankan untuk mencegat mobil-mobil boks yang men-supply plastik di berbagai
toko grosir untuk mendapatkan diskon dari distributor besar. Juga jangan
melakukan pembelian sekaligus, tetapi dengan cara melakukan pembelian dalam
beberapa paket untuk dapat membandingkan harga dari beberapa toko grosir. Saya
sarankan untuk melakukan pembelian dalam jumlah besar apabila pasar sudah
terbentuk dan merasa yakin telah mendapatkan harga paling rendah dan kualitas
yang paling baik dari distributor. Dan yang terutama, jangan lupa untuk
melakukan pencatatan yang rapi, supaya dapat dijadikan bahan evaluasi untuk
mendapatkan harga grosir termurah dan untuk kalkulasi penetapan harga jual.
Perasaan saya ketika mendengar paparan teman saya tersebut sungguh
senang luar biasa. Dia ingin merubah hidupnya ke arah yang lebih baik. Dia
ingin merasa lebih hidup dengan cara melakukan apa yang dia inginkan dan dia
cita-citakan. Dan dia melakukan hal itu dengan apa yang dia miliki. Bakat,
talenta, pengalaman masa lalu keluarga dan semangat.
“Saya ingin usaha ini nantinya akan menjadi sumber penghasilan
pokok bagi keluarga saya. Sedangkan bekerja seperti sekarang ini lebih sebagai
status. Status bahwa saya, sebagai kepala keluarga dan sebagai anggota
masyarakat mempunyai pekerjaan yang lumayan terpandang di masyarakat,” tambah
teman saya tersebut.
Luar biasa…! Luar biasa jalan pikiran teman saya tersebut. Dia
berhasil menggabungkan antara semangat, cita-cita, dan action. Teman saya
tersebut dapat bekerja sama dengan istrinya untuk memulai bisnisnya. Dan teman
saya itu tidak gegabah untuk langsung melepaskan pekerjaannya demi sebuah
bisnis yang belum pasti.
“Saya akan keluar dari pekerjaan saya setelah saya merasa yakin
bahwa bisnis yang kami geluti telah berjalan lancar. Pekerjaan saat ini,
walaupun gajinya tidak terlalu besar, akan tetapi dapat untuk mencukupi
kebutuhan pokok keluarga, seandainya penghasilan dari bisnis belum bisa
diharapkan,” imbuhnya. Dan itu merupakan salah satu kunci yang sangat penting
bagi keberhasilan suatu bisnis.
Tekad dan semangat teman saya tersebut mengingatkan pengalaman
saya empat tahun yang lalu. Tepatnya tahun 2003, ketika saya dan istri
memutuskan untuk membuka sebuah sekolah musik. Waktu itu, tidak ada modal yang
kami punya selain sebuah organ tua dan sebongkah semangat. Kemudian kami
memulai proses berpikir dan berpikir untuk mengubah rencana bisnis menjadi
sebuah aksi bisnis yaitu mewujudkan sebuah sekolah musik. Karena nomor rumah
kami adalah Jl. Monjali No. 126, Yogyakarta, maka kami menamakan sekolah musik
itu DO-RE-LA MUSIC SCHOOL.
Karena keterbatasan dana, maka setiap bulan, kami menambah satu
alat musik yang kami beli dari gaji bulanan, mulai dari keyboard di bulan
pertama, disusul piano elektrik pada bulan kedua, kemudian gitar elektrik pada
bulan ketiga, dan seterusnya.
Kemudian, kami mulai buat spanduk dan iklan di harian surat kabar
daerah, serta mencetak brosur yang kami bagikan sendiri di berbagai sekolah,
mal, gereja, dan tempat keramaian lainnya. Dengan penuh semangat, kami mencoba
segala cara yang mungkin kami lakukan untuk mempromosikan sekolah musik kami,
baik kepada kerabat, kepada teman-teman lama ataupun kepada tetangga-tetangga
kami. Dan pada bulan pertama, bulan kedua, dan bulan ketiga, walau tidak
terlalu banyak murid, akan tetapi ada penambahan murid yang cukup
menggembirakan. Ketika jalan 6 bulan, jumlah murid yang kami punya sekitar 40
orang.
Kemudian, setelah melakukan beberapa kali evaluasi, akhirnya kami
memutuskan untuk mencari partner yang sudah mempunyai brand name (merek) yang
kuat untuk dapat meningkatkan pertumbuhan dan cashflow yang lebih cepat.
Akhirnya, setelah perjalanan yang cukup panjang, beruntung kami dapat
berpartner dengan sebuah institusi pendidikan musik yang cukup ternama.
Hambatan pertama yang kita temui, selain komunikasi untuk mendapatkan
partnership juga masalah modal. Akhirnya, dengan nekat kami pinjam sebagian
modal dari orangtua, sebagian modal dari mertua, dan sebagian modal lainnya
dari utang di bank. Proses mendapatkan utang di bank juga cukup rumit, termasuk
bagaimana kami menyakinkan bank dengan memberikan jaminan gaji bulanan kami dan
sertifikat tanah yang kami miliki.
Sedikit demi sedikit, kesalahan demi kesalahan, perbaikan demi
perbaikan terus menerus kami lakukan. Akhirnya, setelah perjalanan cukup
panjang, empat tahun pertama kami sudah berhasil mempunyai tiga cabang di
Yogyakarta dan Solo, dengan melibatkan lebih dari 75 guru dan 25 staf
administrasi. Dan yang lebih menggembirakan lagi, kami akan segera membuka satu
cabang lagi di Solo. Buat saya, sungguh ini sebuah pencapain yang luar biasa.
Dan acungan jempol saya berikan kepada istri tercinta saya, yang tanpa mengenal
lelah, dan dengan linangan keringat dan air mata, berhasil membuat semua hal
itu terjadi. Kami selalu berpikir positif dan selalu mengingat kata-kata bijak,
bisnis konglomeratpun dimulai dari sebuah bisnis yang tidak terlalu besar.
Akhirnya, setelah memasuki bisnis tahun ketiga, istri saya
“memaksa” saya untuk keluar dari pekerjaan di Jakarta dan menetap tinggal di
Yogyakarta. Meninggalkan sebuah perjalanan panjang karier saya di sebuah
konglomerat bisnis dengan omzet tahunan lebih dari Rp2 trilliun. Hikmat yang
saya dapatkan adalah adanya kedekatan yang luar biasa dengan istri dan
anak-anak, yang jika dinilai dengan uang, sebuah kalkulator 16 digit pun tidak
akan cukup untuk menghitungnya.
Akhirnya, Selamat dan Sukses…! Kembali saya ucapkan kepada
teman baik saya dengan bisnis plastiknya. Semoga, kesuksesan, kegembiraan dan
semangat selalu menyertai perjalanan bisnisnya.[mkbs] *
M. Kuncara Budi Santosa, S.E., Ak, M.M. CA, CPA, adalah pendiri KAP
M. Kuncara Budi Santosa.
Juga bekerja sebagai Chief Finance Officer di sebuah lembaga pendidikan S3
international, interdisipliner dan interreligius studies yang disponsori oleh
konsorsium tiga universitas besar di Yogyakarta. Karier profesionalnya
dimulai sebagai eksternal auditor selama empat tahun dengan posisi terakhir
sebagai Supervisor Auditor di sebuah kantor akuntan publik besar (The Big Four)
di Jakarta, yang kemudian dilanjutkan sebagai konsultan keuangan selama dua
tahun di divisi yang berbeda. Setelah itu, selama dua tahun menjadi salah satu
tim manajemen di perusahaan konglomerat besar, yang pada saat itu pemiliknya
merupakan salah satu pembayar pajak terbesar di Indonesia. Kuncara telah
mengalami jatuh bangun didalam menekuni berbagai jenis bisnis berskala kecil
atau UKM
sumber :http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2014/08/26/konglomerat- pun-di-mulai-dari-yang-tidak-terlalu-besar-670829.html
Contact Person :
Jl. Godean km 5 , No.104 , Yogyakarta, Indonesia 55284
Telp/fax: (0274) 5305200
Hp : 081 704 300 91,
Pin BB : 7EC77DFD
Web : www.kapkuncara.com
Comments
Post a Comment